Minggu, 29 Oktober 2017

Kenapa weekend jatuh pada hari sabtu dan minggu?????

Pernah nggak Kamu berpikir, kenapa sih akhir pekan di Indonesia jatuh pada Sabtu dan Minggu? Kenapa nggak Minggu dan Senin? Atau Sabtu, Minggu, dan Senin gitu?
Agak iri dengan Gambia. Negara kecil di Afrika Barat yang berbatasan dengan Senegal ini memberlakukan weekend pada Jumat, Sabtu, dan Minggu. Bisa puas liburan nih.
Yang agak unik adalah Brunei Darussalam. Negara tetangga kita ini, punya hari libur kerja yang nggak berdekatan, lho. Jika biasanya Sabtu dan Minggu atau Jumat dan Sabtu, di Brunei Darussalam jatuh pada Jumat dan Minggu. Ya, hari Sabtu tetap masuk.
Nah, sedangkan untuk negara-negara muslim di dunia seperti Saudi Arabia, UEA, Afganishtan dan Bangladesh, memilih Jumat dan Sabtu sebagai hari libur kerja. Alasannya karena Jumat dianggap sebagai hari baik. Selain itu, negara-negara tersebut ingin menyediakan waktu bagi warganya untuk lebih total beribadah dan memiliki waktu istirahat yang cukup.

Lalu bagaimanakah dengan Indonesia? Mengapa weekend jatuh pada hari Sabtu dan Minggu?

Sebenarnya tidak hanya di Indonesia saja. Mayoritas negara-negara di dunia khususnya negara barat memilih Sabtu dan Minggu sebagai waktu bebas kerja. Kenapa Indonesia mengikuti tradisi bangsa barat?
Jadi, pemilihan Sabtu dan Minggu ini pun tidak lepas dari sejarah bangsa Romawi Kuno. Dahulu, bangsa Romawi Kuno yang berpusat di Italia menguasai banyak negara Eropa seperti Belanda, Prancis, Jerman, dan Portugal. Saat berkuasa, bangsa Romawi Kuno percaya bahwa Minggu adalah hari baik untuk ibadah. Minggu juga hari suci bagi kaum Nasrani.
Bangsa Romawi Kuno ini memiliki kebiasaan menandai hari Minggu dan hari penting lainnya dengan warna merah. Pengaruh bangsa Romawi Kuno inilah yang akhirnya menyebar ke negara-negara kekuasaannya di Eropa, salah satunya adalah Belanda.
Seperti yang kita tahu, Belanda mengusai Indonesia selama ratusan tahun. Dalam kurun waktu itu, tradisi hari libur yang diperoleh Belanda dari bangsa Romawi Kuno pun menurun ke Indonesia. Sejak saat itu, hari Minggu pun ditetapkan sebagai hari libur bagi para pekerja Indonesia. Sekarang, tradisi tersebut tetap dipertahankan.
Negara-negara kolonial yang datang ke Indonesia tidak hanya datang mengambil rempah dan meninggalkan kisah kelam penindasan, tapi mereka pun membawa budaya dan tradisi ke Indonesia yang tanpa disadari telah menurun dan melebur dalam budaya Indonesia.

Sabtu, 12 Agustus 2017

Peci,lebih dari sekedar kain penutup kepala

Sejarah adalah pondasi masa sekarang, ketika membaca buku sejarah Indonesia pada masa pergerakan melawan penjajahan imperialisme, banyak terlihat para pejuang bangsa semisal Soekarno, Sutan Sjahrir, Moh. Hatta selalu menggunakan peci hitam yang sangat khas sekali. Sepertinya Peci menjadi hal yang mewakili kebangsaan atau nasionalisme bangsa Indonesia saat itu. Peci adalah bagian khas cara berpakaian sebagian umat muslim di Indonesia. Sebagai penutup kepala, Peci adalah sunnah nabi dan mereka meyakini bahwa menggunakan penutup kepala berarti mereka mencintai nabinya. Mereka berpendapat kebiasaan menelanjangi kepala, tanpa peci atau surban adalah kebiasaan orang di luar Islam. Dalam sebuah hadist diriwayatkan bahwa “Amr bin Huroits radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa, Nabi Shallallahu‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah, sedang beliau memakai surban hitam” (HR Muslim dan Abu Dawud).

Sudah lazim kita melihat kaum muslim mengenakan peci dalam melaksanakan salat atau ibadah keagamaan lainnya. Sudah lumrah di televisi kita menyaksikan para pejabat mengenakan penutup kepala jenis ini di setiap event penting yang mereka jalani, seperti saat rapat kabinet, sidang parlemen, ataupun menerima tamu negara. Peci dikenakan sebagai pelengkap busana jas, kemeja, dan dasi. Sebenarnya apa pentingnya makna peci bagi kita? Dari mana asal peci? Apakah peci untuk kaum muslim saja? Bagaimana bisa sejarah bangsa terukir karena peci?

Sejarah Awal Peci

Peci sendiri berasal dari Turki, di Turki topi Fez ini juga dikenal dengan nama ‘fezzi’ atau ‘phecy’ atau kalau lidah orang Indonesia menyebutnya dengan Peci. Jika dirunut ke belakang, topi Fez ini berasal dari budaya Yunani Kuno dan diteruskan oleh budaya Yunani Byzantium.
Ketika Turki Ottoman mengalahkan Yunani Byzantium (Anatolia) maka Turki Ottoman mengadopsi budaya penggunaan topi fez ini terutama ketika pemerintahan Sultan Mahmud Khan II (1808-1839). Peci yang dibawa dari Turki membawa pengaruh budaya yang besar apalagi di Asia Tenggara sendiri, beberapa negara juga mengenal peci seperti Malaysia, Singapura dan Brunei. Di Thailand peci disebut songkok. Lain halnya dengan di Mesir, Peci disebut tarboosh dan di Asia Selatan (India dan sekitarnya) disebut Romap Cap/Rumi Cap yang artinya Topi Romawi. Namun, ada yang mengatakan bahwa Peci hasil modifikasi dari sorban Arab dengan blangkon dari Jawa. Peci sendiri mulai menyebar di rumpun Melayu pada abad ke-13, seiring dengan perkembangan Islam di Nusantara.

Peci atau kopiah barangkali agak dekat dengan kepi dalam bahasa Perancis. Bentuk kepi yang biasa dipakai militer Perancis agak mirip dengan kopiah yang kita kenal di Indonesia. Bedanya lebih bulat dan ada semacam kanopi di bagian depannya yang mirip topi. Sementara, istilah songkok, mengacu dari bahasa melayu dan Bugis. Di beberapa daerah di Indonesia dengan pengaruh Melayu dan Bugis, menyebut peci sebagai Songkok. Demikian pula di Malaysia dan Brunei.

Menurut Rozan Yunos, dalam artikelnya The Origin of the Songkok or Kopiah di The Brunei Times (23/09/2007), peci diperkenalkan oleh pedagang-pedagang Arab yang menyebarkan agama Islam. Rozan juga menyebut beberapa ahli berpendapat di Kepulauan Malaya peci atau kopiah ini sudah dipakai pada abad XIII. Setelah dipopulerkan para pedagang Arab itu, baru orang Malaysia, Indonesia dan Brunei mengikutinya.

Sebelum ada peci, laki-laki di Indonesia terbiasa menutup kepala dengan ikat kepala. Tanpa tutup kepala, seorang laki-laki dianggap tak jauh beda dengan orang telanjang. Tutup kepala adalah bagian dari kesopanan.

Lalu, sejak kapan peci dikenal di Indonesia? Dalam buku “babon” Sejarah Nasional Indonesia Jilid III diterangkan kalau peci sesungguhnya sudah dikenal di daerah Giri pada abad ke-15. Konon, pada 1486 sampai 1500 Raja Ternate, Zainal Abidin, berguru ilmu agama ke Giri, yang saat itu merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa. Sekembalinya ke Ternate, Zainal Abidin membawa peci sebagai kenang-kenangan . Masyarakat Bone,Sulawesi Selatan juga sudah mengenal penutup kepala semacam peci sudah sejak lama. Mereka mengenalnya dengan sebutan recca. Recca digunakan oleh pasukan Kerajaan Bone saat mereka berperang melawan pasukan Tortor pada 1683. Recca yang terbuat dari  serat pelapah daun lontar itu digunakan sebagai identitaa pasukan kerajaan. Zaman dahulu ketika raja Bone dijabat La Pawawoi lalu Andi Mappayuki, songkok recca atau peci bugis ini hanya dikenakan bangsawan . Namun dalam perkembangannya songkok tidak hanya digunakan oleh kalangan Raja Bone,tetapi juga rakyat biasa. Peci bugis saat ini jadi bagian dari pakaian daerah Sulawesi Selatan.
Peci mulai ramai dipakai di Indonesia setelah kain lebih mudah diperoleh. Pemakaiannya tak selalu berbaju resmi, ada yang menggunakan peci meski bercelana pendek . Penggunanya pun bukan hanya dari kalangan berada,tetapi juga rakyat jelata. Peci biasanya terbuat dari kain beludru yang diberi rangka plastik padat agar tegak

Bukan Hanya Untuk Kaum Muslim

Di Indonesia peci nyaris identik dengan Islam. Banyak tokoh Islam berfoto dalam keadaan berpeci. Jamaah-jamaah tokoh Islam pun juga pakai peci. Seejak abad XIII peci sudah diperkenalkan kepada orang Islam di Indonesia. Baru pada awal abad XX orang Islam di Indonesia beramai-ramai pakai peci. Dalam perjalanannya, peci dianggap sebagai identitas Islam.

Bukan cuma umat muslim saja yang mengenal peci. Masyarakat Yahudi pun lazim mengenakan peci yang mereka sebut kippah. Penutup kepala ini lebih tipis daripada peci dan biasanya berwarna putih. Kippah dipakai oleh orang-orang Yahudi yang sudah dewasa ketika mereka melaksanakan ritual agama. Peci agak besar seperti fez Turki dipakai juga oleh orang-orang Kristen ortodok di sekitar Timur Tengah. Bahkan jilbab juga dipakai wanita-wanita kristen ortodok.

Salah satu suku di Nusantara yaitu Betawi yang mana masyarakat Betawi mencakup berbagai suku di Nusantara. Mereka sengaja didatangkan oleh VOC di fajar kekuasaannya di Nusantara pada abad ke-17. Di Batavia, masyarakat berbagai suku itu dipisahkan sesengit mungkin atas dasar warna kulit (ras), tempat lahir, dan status kerja terhadap VOC. Pemilahan berikutnya mencakup agama dan suku. Banyak sejarawan menduga di sinilah pangkal sentimen berbasis suku, ras, agama, dan golongan sosial. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, sekat buatan VOC bobol di sana-sini. Pemeluk Kristen tidak melulu Eropa. Pemeluk Islam tidak melulu Bumiputra. Ada budak yang diseranikan dan dimerdekakan, lantas menjadi kelompok tersendiri yang disebut Mardjikders. Ada juga pendatang Tionghoa yang kimpoi-kimpoi dengan Bumiputra.
Silang-genetik disusul silang-budaya. Dari musik sampai pakaian adat Betawi sarat pembauran. Musik khas Betawi banyak dipengaruhi Portugis. Pakaian penganten Betawi mengambil tradisi Tionghoa. Bahasa yang dipakai masyarakat Betawi banyak menyerap Melayu-Pasar (Melayu Tionghoa). Jadi tak mengherankan bila melihat upacara gereja Kristen di Betawi memakai aksesoris Betawi. Upacara itu cuma kelanjutan tradisi yang pernah dirintis oleh leluhur mereka di awal pembentukan suku Betawi yang kosmopolis. Sama halnya dengan peci yang merupakan budaya Nusantara ini masih melekat erat di Betawi seperti contoh di Kampung Sawah, di mana orang-orang berkebudayaan Betawi beragama Kristen hidup, memakai peci bagi kaum laki-laki dan kerudung bagi perempuan adalah hal biasa. Perayaan Natal mereka kadang diisi dengan ondel-ondel juga. Mereka berusaha menunjukan Agama Kristen tidak membunuh budaya lokal. Itulah kenapa mereka masih berpeci juga.

Fotografer legendaris asal Yogyakarta di masa Hamengkubuwono VI, Kassian Chepas, 'Sang Pemula' dalam Fotografi Indonesia, juga berpeci dalam sebuah foto dirinya yang dibuat tahun 1905. Kassian Chepas juga seorang kristen. Nama belakangnya, Chepas, adalah nama baptisnya. Chepas tentu bukan satu-satunya orang Kristen yang pakai peci.
Peci sedemikian lekat dengan Islam, padahal tidak demikian. Walikota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, peci hitam atau kopiah merupakan penutup kepala khas Indonesia dan tidak ada hubungannya dengan agama .

Penanda Sosial

Peci kemudian menjadi penanda sosial seperti penutup kepala lainnya yang saat itu sudah dikenal seperti kain, turban, topi-topi Barat biasa, dan topi-topi resmi dengan bentuk khusus. Pemerintah kolonial kemudian berusaha mempengaruhi kostum lelaki di Jawa. Jean Gelman Taylor, yang meneliti interaksi antara kostum Jawa dan kostum Belanda periode 1800-1940, menemukan bahwa sejak pertengahan abad ke-19, pengaruh itu tercermin dalam pengadopsian bagian-bagian tertentu pakaian Barat. Pria-pria Jawa yang dekat dengan orang Belanda Mulai memakai pakaian gaya Barat. Menariknya, blangkon atau peci tak pernah lepas dari kepala mereka. Menurut Soekarno asal kata Peci sendiri berasal dari Bahasa Belanda pet (topi) dan je (kecil), kata Belanda untuk mengesankan sifat kecil. Baik dari sejarah pemakaian dan penyebutan namanya, peci mencerminkan Indonesia: satu bangunan “inter-kultur”.

Awalnya Soekarno gamang melihat kaum terpelajar yang meremehkan peci dan blangkon. Kaum terpelajar merasa terhina jika mereka mengenakan blangkon dan peci, yang menurut mereka identik dengan busana tukang becak dan rakyat jelata lainnya. Mereka menjauhkan diri dari kehidupan serta gaya hidup rakyat jelata, dan bersikap elitis. Soekarno membalikkan logika mereka tentang hal itu. Ia beranggapan bahwa kaum terpelajar harus dekat dengan rakyat jelata. Kaum terpelajar tidak akan mungkin dapat memimpin rakyat, jika mereka sendiri menjauhkan diri dari kehidupan rakyat. Pada suatu pertemuan antartokoh pergerakan, Soekarno mulai memakai peci. Ketika ia disidang di Landraad Bandung dan membacakan pleidoinya yang terkenal, “Indonesia Menggugat”, Soekarno pun tetap memakai peci. Sejak saat itu peci bukan saja menjadi ciri khas Soekarno, tetapi juga menjelma menjadi lambang kebangsaan para pejuang kemerdekaan.

Peci di Indonesia menjadi sebuah simbol perlawanan sebuah kesederhanaan untuk membentuk pola keseimbangan dalam masyarakat yang mementingkan material. Hitam dalam sebuah psikologi warna mempunyai rangsangan sifat emosi manusia yang kuat dan mempunyai keahlian walaupun diartikan resmi atau formal, penggunaan Warna hitam juga menunjukkan sifat-sifat yang positif, menandakan sifat tegas, kukuh, formal, struktur yang kuat. Bentuk yang melingkar Mengikuti bentuk kepala menandakan bentuk peci yang luwes dalam membentuk kepala. Pola kesederhanaan yang terbentuk dalam pola perilaku masyarakat Indonesia, sederhana tetapi dapat menciptakan ketangguhan. Keinginan itulah yang ingin dinyatakan dalam sebuah simbolisasi peci yang dikenakan masyarakat terhadap sebuah peci. Kesederhanaan inilah yang ditangkap Soekarno “Founding Father” dalam sebuah pemaknaan peci sebagai simbol nasionalis untuk mempersatukan bangsa, Soekarno mengerti betul tentang simbol kesederhanaan itu dalam sebuah peci. Ada sebuah cerita tentang awal mula Soekarno mempopulerkan pemakaian peci, seperti dituturkannya dalam autobiografi "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" yang ditulis Cindy Adams

"Pemuda itu masih berusia 20 tahun. Dia tegang. Perutnya mulas. Di belakang tukang sate, dia mengamati kawan-kawannya, yang menurutnya banyak lagak, tak mau pakai tutup kepala karena ingin seperti orang Barat.
Dia harus menampakkan diri dalam rapat Jong Java itu, di Surabaya, Juni 1921. Tapi dia masih ragu. Dia berdebat dengan dirinya sendiri. “Apakah engkau seorang pengekor atau pemimpin?” “Aku seorang pemimpin.” “Kalau begitu, buktikanlah,” batinnya lagi.
“Majulah. Pakai pecimu. Tarik nafas yang dalam! Dan masuklah ke ruang rapat… Sekarang!” Setiap orang ternganga melihatnya tanpa bicara. Mereka, kaum intelegensia, membenci pemakaian blangkon, sarung, dan peci karena dianggap cara berpakaian kaum lebih rendah.
Dia pun memecah kesunyian dengan berbicara: “Kita memerlukan sebuah simbol dari kepribadian Indonesia. Peci yang memiliki sifat khas ini, mirip yang dipakai oleh para buruh bangsa Melayu, adalah asli milik rakyat kita. Menurutku, marilah kita tegakkan kepala kita dengan memakai peci ini sebagai lambang Indonesia Merdeka" . Itulah awal mula Soekarno mempopulerkan pemakain peci.

Bagian dari Sejarah Indonesia

Jika kita membuka-buka buku sejarah, pastilah kita melihat beberapa foto pahlawan nasional mengenakan peci. Peci seolah-olah sudah menjadi ciri khas kaum pergerakan nasional kala itu. Lihat saja Ki Hadjar Dewantara, Haji Agoes Salim, atau Soekarno. Seakan-akan peci tak pernah lepas dari kepala mereka.

Peci yang kita saksikan sampai saat ini menjadi bagian dari kelengkapan pakaian para pemuka masyarakat dan pejabat ternyata tidak muncul begitu saja. Tokoh yang pertama kali mempopulerkan peci adalah Soekarno. Peci menurutnya merupakan lambang identitas Indonesia.
Namun Hendri F. Isnaeni dalam artikelnya berjudul “Nasionalisme Peci” berpendapat bahwa sesungguhnya Soekarno bukan satu-satunya kaum intelektual yang pertama kali mengenakan peci. Fakta sejarah menyebutkan jauh sebelum Indonesia merdeka yaitu pada tahun 1913 digelar rapat Partai Politik SDAP (Sociaal Democratische Arbeiders Partij) di den Haag yang mengundang 3 politisi Hindia-Belanda (yang pada saat itu memang sedang diasingkan ke Negeri Belanda), yaitu Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo dan Ki Hajar Dewantara. Menurut Dr. Van der Meulen yaitu Direktur Departemen Pendidikan dan Ibadah pemerintahan Gubernur Jenderal Van Mook tahun 1946, masing-masing perwakilan menunjukkan identitas yang berlainan. Ki Hajar Dewantara menggunakan topi fez Turki berwarna merah yang memang pada waktu itu pemakaian topi ini begitu populer di kalangan nasionalis setelah timbulnya gerakan Turki Muda tahun 1908 yang menuntut reformasi kepada Sultan Turki. Sedangkan Cipto Mangunkusumo mengenakan kopiah dari beludru hitam dalam rapat tersebut yang pada akhirnya nanti pemakaian peci hitam sebagai jati diri kaum nasionalis Indonesia yang belakangan dipopulerkan oleh Bung Karno pada akhir tahun 1920-an. Sedangkan Douwes Dekker tidak memakai penutup kepala. Setelah Indonesia merdeka, Douwes Dekker memakai peci di masa tuanya yaitu ketika beliau jadi menteri.

Tokoh pergerakan nasional, Muhammad Husni Thamrin, yang sejak 1927 terpilih sebagai anggota Volksraad (Dewan Rakyat), menghadiri sidang dengan kepala tertutup peci. Kemungkinan, sejak kecil Thamrin sudah berpeci dan masih mempertahankan peci sebagai identitasnya hingga beliau meninggal.
Soekarno yang besar dalam budaya Jawa tentu beda dengan Thamrin yang besar dalam budaya Betawi, meski beliau Indo. Sedari kecil, Soekarno terbiasa dengan blangkon atau tutup kepala khas Jawa. Begitu pun Bapak Bangsa sekaligus Bapak kos Soekarno, Hadji Oemar Said Cokroaminoto. Dalam film Guru Bangsa Tjokroaminoto (2015), Cokro sempat mempergunakan blangkon sebagai identitas yang diikuti banyak pengikutnya. Belakangan, baik Cokro maupun Soekarno pun berpeci. Blangkon mereka tinggalkan. Sebagai Ketua umum Sarekat Islam (SI), kebiasaan Cokro tentu diikuti. Awalnya, SI hanya berkembang di Jawa saja. Belakangan, SI berkembang di wilayah di mana blangkon bukan tutup kepala lagi. Apalagi pengurus SI lain yang bernama Agus Salim pun orang Padang. Salim semasa muda juga kebarat-baratan. Belakangan, foto-foto Agus Salim kebanyakan berpeci.

Sikap Bung Karno untuk mengenakan peci itu berpengaruh luas. Pada pertengahan tahun 1932, Partindo melancarkan kampanye yang diilhami gerakan swadesi di India, dengan menyerukan agar rakyat hanya memakai barang-barang bikinan Indonesia. Orang-orang pun mengenakan pakaian dari bahan hasil tenunan tangan sendiri yang disebut lurik, terutama untuk peci yang dikenakan umat muslim di Indonesia. Peci lurik mulai terlihat dipakai terutama dalam rapat-rapat Partindo.
Tapi Bung Karno tak pernah memakainya, beliau tetap memakai peci beludru hitam yang bahannya berasal dari pabrik di Italia,” (Molly Bondan dalam Spanning A Revolution).

Setelah kemerdekaan Indonesia, penjaga kedaulatan NKRI yaitu TNI yg dulunya masih bernama TKR, masih sering memakai peci sebagai penutup kepala karena mereka tak memiliki baret atau helm baja untuk menutup kepala. Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang baru saja terbentuk pada 5 Oktober 1945, tak mampu menyediakan baret dan helm baja. Jika ada yang memakai baret atau helm,  itu seringkali hasil rampasan dari tentara musuh. Meskipun tak ada baret, para pahlawan Indonesia tetap terlihat gagah. Panglima Besar Letnan Jendera Soedirman pun juga berpeci seperti Soekarno. Dalam acara resmi , Soedirman lebih sering berpeci. Belum ditemukan ada foto Soedirman pakai batret.

Setelah tahun 1950, peci makin jarang digunakan anak muda. Tak seperti di tahun 1945 . Hanya orang -orang tua atau tokoh masyarakat yang suka memakainya. Anak muda hanya berpeci ketika akan ke mesjid atau acara keagamaan.

Peci memang merupakan simbol nasionalisme. Sayangnya, peci kini hanya sekedar simbol bukan menjadi makna. Menggunakan peci tak begitu saja membuat semua pemakainya menedalani keteladanan pendiri bangsa yang selalu menjaga diri dan menjadi panutan. Semoga dengan warisan budaya berupa peci dan orang yang memakainya memaknai bahwa dia benar-benar orang Indonesia yang punya harkat dan martabat tinggi di mata bangsa lain dan terutama di mata bangsa sendiri. Bukan bagaimana kita terlihat rapi dan sopan karena memakai peci namun cerminan dari kita yaitu dari perkataan dan tindakan yang membuat peci atau apapun yang melekat pada diri kita jadi bermakna.

Sumber:  https://m.kaskus.co.id/thread/598cc14ca2c068b4567/event-sejarah-peci-lebih-dari-sekedar-penutup-kepala

Senin, 03 Juli 2017

Tebak-tebakan matematika ini bisa ungkap usiamu

Ada banyak cara untuk menebak usia seseorang. Selain lewat pengamatan fisik, lewat perhitungan matematika ternyata juga bisa lho. Contohnya seperti trik matematika berikut ini.

Triknya sangat sederhana. Kamu hanya perlu mengikuti instruksi yang ada dengan perhitungan standar seperti perkalian, pengurangan, dan penambahan. Dan, hasilnya dijamin ketahuan usiamu sekarang secara akurat.
Nggak percaya? Yuk deh, mending kita coba sama-sama triknya:

1. Pertama-tama kamu pilih deh satu angka dari 1 sampai 9.

2. Kalau sudah, kalikan angka pilihanmu tadi dengan angka 2.

3. Setelah itu tambahkan dengan angka 5.

4. Nah kalau sudah selanjutnya kalikan dengan 50.

5. Kemudian jika tahun ini kamu sudah berulang tahun, tambahkan dengan angka 1767. Kalau belum ulang tahun silakan tambahkan dengan angka 1766.

6. Terakhir, kamu kurangi hasilnya tadi dengan tahun kelahiranmu.

7. Maka akan muncul tiga angka, angka pertama adalah angka yang kamu pilih di awal tadi. Sementara dua angka di belakangnya adalah usiamu sekarang.

Gimana? Akurat nggak nih tebak-tebakannya? Hayo ketahuan kan usiamu sekarang berapa...

*sumber: brilio.net  & Brightside

Minggu, 04 Juni 2017

9 Makna Bulan Ramadhan

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kata “Ramadhan” merupakan bentuk mashdar (infinitive) yang terambil dari kata ramidhayarmadhu yang pada mulanya berarti membakar, menyengat karena terik, atau sangat panas. Dinamakan demikian karena saat ditetapkan sebagai bulan wajib berpuasa, udara atau cuaca di Jazirah Arab sangat panas sehingga bisa membakar sesuatu yang kering.
Selain itu, Ramadhan juga berarti ‘mengasah’ karena masyarakat Jahiliyah pada bulan itu mengasah alat-alat perang (pedang, golok, dan sebagainya) untuk menghadapi perang pada bulan berikutnya. Dengan demikian, Ramadhan dapat dimaknai sebagai bulan untuk ‘mengasah’ jiwa, ‘mengasah’ ketajaman pikiran dan kejernihan hati, sehingga dapat ‘membakar’ sifat-sifat tercela dan ‘lemak-lemak dosa’ yang ada dalam diri kita.
Ramadhan yang setiap tahun kita jalani sangatlah penting dimaknai dari perspektif nama-nama lain yang dinisbatkan kepadanya. Para ulama melabelkan sejumlah nama pada Ramadhan.

Syahr al-Qur’an (bulan Alquran)
Karena pada bulan inilah Alquran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kitab-kitab suci yang lain: Zabur, Taurat, dan Injil, juga diturunkan pada bulan yang sama.

Syahr al-Shiyam (bulan puasa wajib)
Karena hanya Ramadhan merupakan bulan di mana Muslim diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Dan hanya Ramadhan, satu-satunya, nama bulan yang disebut dalam Alquran. (QS al-Baqarah [2]: 185).

Syahr al-Tilawah (bulan membaca Alquran)
Karena pada bulan ini Jibril AS menemui Nabi SAW untuk melakukan tadarus Alquran bersama Nabi dari awal hingga akhir.

Syahr al-Rahmah (bulan penuh limpahan rahmat dari Allah SWT)
Karena Allah menurunkan aneka rahmat yang tidak dijumpai di luar Ramadhan. Pintu-pintu kebaikan yang mengantarkan kepada surga dibuka lebar-lebar.

Syahr al-Najat (bulan pembebasan dari siksa neraka)
Allah menjanjikan pengampunan dosa-dosa dan pembebesan diri dari siksa api neraka bagi yang berpuasa karena iman dan semata-mata mengharap ridha-Nya.

Syahr al-’Id (bulan yang berujung/ berakhir dengan hari raya)
Ramadhan disambut dengan kegembiraan dan diakhiri dengan perayaan Idul Fitri yang penuh kebahagiaan juga, termasuk para fakir miskin.

Syahr al-Judd (bulan kedermawanan)
Karena bulan ini umat Islam dianjurkan banyak bersedekah, terutama untuk meringankan beban fakir dan miskin. Nabi SAW memberi keteladanan terbaik sebagai orang yang paling dermawan pada bulan suci.

Syahr al-Shabr (bulan kesabaran)
Karena puasa melatih seseorang untuk bersikap dan berperilaku sabar, berjiwa besar, dan tahan ujian.

Syahr Allah (bulan Allah)
karena di dalamnya Allah melipat gandakan pahala bagi orang berpuasa.

Jadi, Ramadhan adalah bulan yang sangat sarat makna yang kesemuanya bermuara kepada kemenangan, yaitu: kemenangan Muslim yang berpuasa dalam melawan hawa nafsu, egositas, keserakahan, dan ketidakjujuran. Sebagai bulan jihad, Ramadhan harus dimaknai dengan menunjukkan prestasi kinerja dan kesalehan individual serta sosial.

Sabtu, 06 Mei 2017

Posisi tidur Rasulullah dalam penjelasan medis

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab : 21)

Sebagai suri teladan yang baik, Rasulullah Muhammad saw telah banyak memberikan contoh bagaimana tata cara tidur yang baik menurut islam. Seperti hadist berikut ini :
Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu. (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya. (HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)
Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla. (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shohih)

Posisi tidur dengan menghadap kearah kanan telah terbukti sehat dan banyak manfaatnya dalam hal medis. Berikut manfaat tidur menghadap ke kanan :

1. Mengistirahatkan otak sebelah kiri
Umumnya kita menggunakan organ tubuh bagian kanan sebagai anggota tubuh yang dominan dalam beraktifitas seperti makan, memegang dan lainnya. Dengan tidur pada posisi sebelah kanan, maka otak bagian kiri yang mempersarafi segala aktiftas organ tubuh bagian kanan akan terhindar dari bahaya yang timbul akibat sirkulasi yang melambat saat tidur/diam. Bahaya tersebut meliputi pengendapan bekuan darah, lemak , asam sisa oksidasi, dan peningkatan kecepatan atherosclerosis atau penyempitan pembuluh darah.

2. Mengurangi beban jantung
Dampak posisi ini adalah denyut jantung menjadi lebih lambat, tekanan darah juga akan menurun. Kondisi ini akan membantu kualitas tidur. Tidur miring ke kanan membuat jantung tidak tertimpa organ lainnya. Hal ini disebabkan karena posisi jantung yang lebih condong berada di sebelah kiri.

3. Mengistirahatkan lambung
Lambung manusia berbentuk seperti tabung berbentuk koma dengan ujung katup keluaran menuju usus menghadap kearah kanan bawah. Jika seorang tidur kesebelah kiri maka proses pengeluaran chime ( makanan yang telah dicerna oleh lambung dan bercampur asam lambung ) akan sedikit terganggu, hal ini akan memperlambat proses pengosongan lambung.

4. Meningkatkan pengosongan kandung empedu, pankreas
Adanya aliran chime yang lancar akan menyebabkan keluaran cairan empedu juga meningkat, hal ini akan mencegah pembentukan batu kandung empedu. Keluaran getah pancreas juga akan meningkat dengan posisi miring ke kanan.

5. Meningkatkan waktu penyerapan zat gizi
Saat tidur pergerakan usus meningkat. Dengan posisi sebelah kanan, maka perjalanan makanan yang telah tercerna dan siap di serap akan menjadi lebih lama, hal ini disebabkan posisi usus halus hingga usus besar ada dibawah. Waktu yang lama selama tidur memungkinkan penyerapan bisa optimal.

6. Merangsang buang air besar (BAB)
Dengan tidur miring ke sebelah kanan , proses pengisian usus besar sigmoid ( sebelum anus ) akan lebih cepat penuh, jika sudah penuh akan merangsang gerak usus besar diikuti relaksasi dari otot anus sehingga mudah buang air Besar.

7. Mengisitirahatkan kaki kiri
Pada orang dengan pergerakan kanan, secara ergonomis guna menyeimbangkan posisi saat beraktifitas cenderung menggunakan kaki kiri sebagai pusat pembebanan. Sehingga kaki kiri biasanya cenderung lebih merasa pegal dari kanan, apalagi kaki posisi paling bawah dimana aliran darah balik cenderung lebih lambat. Jika tidur miring kanan , maka pengosongan vena kaki kiri akan lebih cepat sehingga rasa pegal lebih cepat hilang.

8. Menjaga kesehatan paru-paru
Paru-paru kiri lebih kecil dibandingkan dengan paru-paru kanan. Jika tidur miring ke sebelah kanan, jantung akan condong ke sebelah kanan. Hal ini tidak menjadi masalah karena paru-paru kanan lebih besar. Lain halnya jika bertumpu pada sebelah kiri, jantung akan menekan paru-paru kiri yang berukuran kecil, tentu ini sangat tidak baik.

9. Menjaga saluran pernafasan
Tidur miring mencegah jatuhnya lidah ke pangkal yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Tidur dengan posisi telentang, mengakibatkan saluran pernafasan terhalang oleh lidah. Yang juga mengakibatkan seseorang mendengkur. Orang yang mendengkur saat tidur menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Bahkan terkadang dapat mengakibatkan terhentinya nafas untuk beberapa detik yang akan membangunkannya dari tidur. Orang tersebut biasanya akan bangun dengan keadaan pusing karena kurangnya oksigen yang masuk ke otak. Tentunya ini sangat mengganggu kualitas tidur.

Sabtu, 25 Maret 2017

10 Fakta ilmiah kenapa babi haram dalam islam

Al Quran dengan tegas menyatakan haramnya daging babi. Bahkan, pengharaman babi disebutkan empat kali. Yakni di Surat Al Baqarah ayat 173, Surat Al Maidah ayat 3, surat Al An’am ayat 145 dan surat An Nahl ayat 115.
Mengapa babi diharamkan? Tentu karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengharamkannya. Rahasianya, hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tahu persis.

Namun, ada 10 fakta ilmiah yang membuat kita bisa mengambil hikmah tentang haramnya babi. 10 fakta ilmiah kenapa babi haram dalam Islam.

1. Daging babi rumahnya cacing pita
Mengonsumsi daging babi memiliki risiko terkena infeksi cacing pita (sistiserkosis). Karena daging babi mengandung benih-benih cacing pita dan cacing trachenea lolipia yang bisa berpindah ke tubuh manusia yang mengkonsumsinya.

2. Kantung urine babi sering bocor
Prof. A.V. Nalbandov menyebutkan bahwa kantung urine (vesica urinaria) babi sering bocor, sehingga urine-nya merembes ke dalam daging.

3. Babi tidak memiliki leher
Secara fisiologis, babi tidak mendukung untuk disembelih. Sebabnya, babi tidak memiliki leher. Sedangkan Islam mensyariatkan penyembelihan binatang pada lehernya.

4. Babi hewan paling rakus
Babi melahap makanan apa pun yang ada di depannya. Ia merupakan hewan paling rakus di dunia. Bahkan jika makanannya telah habi, ia memuntahkan makanan dalam perutnya dan memakannya kembali demi memuaskan kerakusannya.

5. Babi hewan paling jorok
Jika di depan babi ada sampah, ia akan makan sampah tersebut. Bahkan babi juga melahap kotoran. Hingga kotorannya sendiri pun dilahapnya.

6. Babi menampung banyak bibit penyakit
Selain mengandung cacing pita (Taenia solium), babi juga mengandung cacing spiral (Trichinella spiralis), cacing tambang (Ancylostoma duodenale), cacing paru (Paragonimus pulmonaris), hingga bakteri kolera (Salmonella choleraesuis) dan virus kudis (Scabies).

7. DNA babi mirip manusia
Ditemukannya fakta DNA babi paling mirip dengan manusia, mengkonsumsi babi dapat dengan mudah menularkan perilaku buruk babi kepada manusia. Selain rakus, perilaku babi yang pernah diobservasi oleh Muhammad Abduh adalah tidak memiliki cemburu. Ketika dua ekor babi jantan dan seekor babi betina dimasukkan kandang, dua babi jantan itu tidak saling berebut tetapi justru saling membantu untuk mengawini babi betina.

8. Daging babi sulit dicerna manusia
Meskipun empuk, ternyata daging babi sulit dicerna oleh pencernaan manusia. Ini karena daging babi mengandung lemak berbahaya.

9. Babi merupakan carrier virus Flu Babi
Di dalam tubuh babi, virus AI yang semula tidak ganas bermutasi menjadi H1N1/H5N1 yang ganas dan menular kepada manusia.

10. Daging babi penyebab utama kanker anus dan kolon
Prosentase penderita kanker anus dan kolon meningkat drastis di negara-negara yang penduduknya memakan babi, terutama di negara-negara Eropa, Amerika, Cina dan India. Sedangkan di negara-negara Muslim, prosentasenya sangat rendah.

Demikian 10 Fakta Ilmiah Kenapa Babi Haram dalam Islam. Semoga semakin menguatkan keislaman kita dan senantiasa berusaha mentaati aturan-Nya.

Sumber: Tarbiyah.net

Minggu, 05 Maret 2017

Perang dunia II: Apakah dunia berhutang pada Soviet???

Mungkin, bagi kita di Indonesia, Perang Dunia II adalah suatu perang yang terjadi jauh di luar sana dan kurang berdampak signifikan bagi kita. Anggapan ini bisa jadi muncul karena kita merasa bahwa Indonesia saat itu sama sekali tidak angkat senjata dan ikut berperang. Pada periode 1941-1945, Indonesia masih berjuang melawan penjajahan.
Memang, pada 1942, Pemerintah Hindia Belanda "angkat kaki" dari Indonesia. Kepergian Belanda kemudian segera digantikan oleh Jepang yang saat itu mengaku "sahabat" bagi rakyat Indonesia. Seluruh kejadian ini, mulai dari perginya Belanda yang kemudian digantikan oleh Jepang, hingga akhirnya Indonesia mampu berdiri untuk memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, tak lepas dari Perang Dunia II yang terjadi "di luar" sana sebenarnya.
Jika kita sedikit mengingat pada masa-masa sekolah kita dulu, saat kita belajar sejarah di kelas atau di institusi-institusi bimbingan belajar, mungkin kita akan ingat beberapa kata kunci terkait Perang Dunia II, yaitu Hitler, Nazi, bom di Hiroshima dan Nagasaki, dan Pearl Harbor.
Bagi saya pribadi, keempat hal itu masih saya ingat dengan cukup baik. Saya ingat cerita guru-guru saya mengenai kekejaman Hitler dan Nazi saat Perang Dunia II. Saya ingat bagaimana cerita mengenai Pearl Harbor—mungkin, banyak dari kita yang sudah menonton film mengenai peristiwa ini pula. Saya juga ingat kisah mengenai kota Hiroshima dan Nagasaki yang dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat.
Namun, ketika bicara soal kapan dan bagaimana sebenarnya akhir dari Perang Dunia II, saya lupa. Atau, apa sebenarnya yang menjadi titik berakhirnya Perang Dunia II? Jika kita pikir bahwa Perang Dunia II berakhir setelah Jepang dibom oleh AS maka kita salah. Perang Dunia II berakhir setelah Nazi menandatangani dokumen kapitulasi pada 8 Mei 1945—yang resmi berlaku per tanggal 9 Mei. Kepada siapa? Inggris? Amerika Serikat? Bukan, Nazi menyerah kepada Uni Soviet.

Membuka mata
Sejak saya "bersentuhan" dengan Rusia, mata (dan pikiran) saya menjadi semakin terbuka. Pekerjaan saya membuat saya mengenal Rusia lebih dalam. Saya belajar banyak mengenai negara ini dan saya merasa bahwa betapa sejarah (dalam banyak hal) telah berlaku tidak adil kepada Rusia. Sejarah dunia yang kita ketahui dan pelajari selama ini tidak sedikit merupakan hasil konstruksi yang bersifat politis. Dalam hal ini, Rusia, yang dulu bernama Uni Soviet, dianggap sebagai "musuh dunia" (atau Barat, tepatnya) karena dua hal: (1) negara yang besar dan kuat; dan (2) menganut paham komunisme. Padahal, fakta menyatakan bahwa dunia jelas berutang banyak pada Soviet, khususnya selama era Perang Dunia II.
Di Barat, atau khususnya Amerika Serikat, Perang Dunia II selalu dianggap sebagai peperangan yang "kami" menangkan. Perang Dunia II adalah peperangan heroik yang terjadi di sepanjang pesisir pantai Normandia. Perang Dunia II adalah soal peperangan di Iwo Jima—mungkin beberapa dari kita juga sudah menonton filmnya. Perang Dunia II adalah peperangan untuk kembali merebut kota-kota di Prancis. Ini semua adalah kemenangan yang "dibentuk" oleh citra Jenderal Dwight D. Eisenhower, suatu kemenangan yang dibentuk oleh sikap dan kata-kata Perdana Menteri Winston Churchill. Perang Dunia II adalah kemenangan setelah menjatuhkan bom atom di Negeri Matahari Terbit.
Lantas, adakah peran Uni Soviet selama Perang Dunia II dijelaskan secara rinci dalam sejarah? Jangankan rinci, secara "cukup" pun saya pikir tak sampai. Padahal, meskipun kemenangan diraih berkat upaya banyak negara, Uni Soviet lah yang menaklukkan tentara fasis Jerman. Uni Soviet berhasil melenyapkan lebih dari 74 persen tentara Jerman (Wehrmacht) dalam pertempuran, atau sekitar sepuluh juta tentara dari 13,4 juta tentara. Tentara Merah Uni Soviet mengalahkan dan menangkap 607 divisi musuh sepanjang 1941-1945, jauh lebih banyak dibanding 176 divisi yang dihancurkan oleh pasukan Inggris dan Amerika jika digabungkan. Selain itu, kerugian materi yang harus ditanggung Uni Soviet selama perang mencapai 2,5 triliun rubel (472 miliar dollar AS) dalam estimasi nilai mata uang sebelum terjadinya peperangan.
Selama masa Perang Dunia II, Nazi Jerman tidak hanya menggempur Uni Soviet, tapi sebagian besar dataran Eropa. Namun, Nazi baru "menemukan" lawan yang seimbang ketika berhadapan dengan Sang Beruang Uni Soviet. Faktanya, jika saat itu Uni Soviet tidak mati-matian dengan segala daya dan upaya mereka berjuang melawan invasi tentara fasis Nazi Jerman, mungkin sejarah akan berbeda.
Jerman menyerbu Perancis, Belgia, Belanda, dan Luksemburg pada tanggal 10 Mei 1940. Sebulan kemudian, sekutu Jerman, Italia, menyerbu Prancis. Pada Oktober 1940, Italia menyerbu Yunani.
Bagaimana jika dulu Uni Soviet tidak berhasil mengalahkan Nazi Jerman? Saya yakin dunia, khususnya Eropa, tidak akan seperti sekarang ini. Ketika Uni Soviet berhasil mengalahkan Nazi, Soviet tidak hanya membebaskan negaranya dari serangan penjajah fasis, tetapi juga membebaskan Eropa yang saat itu dikuasai fasisme Jerman. Namun, adakah peran dan pengorbanan besar Uni Soviet ditonjolkan dalam sejarah yang selama ini kita terima di lembaga-lembaga pendidikan formal?

Memori Abadi dalam Perang Patriotik Raya
Perang Patriotik Raya adalah perang antara Uni Soviet dengan Nazi Jerman yang berlangsung sejak invasi Jerman ke Uni Soviet pada 22 Juni 1941 hingga Jerman menyatakan diri menyerah tanpa syarat pada 9 Mei 1945.
Rusia merayakan Hari Kemenangan dengan parade militer terbesar sepanjang sejarah. Hari Kemenangan di Rusia dirayakan dengan sangat besar, setara dengan perayaan hari kemerdekaan di negara-negara yang pernah merasakan penjajahan dan kemudian memperoleh kemerdekaan. Ini adalah ketika Uni Soviet berhasil mengklaim kemenangan atas Nazi Jerman dalam Perang Patriotik Raya. Hingga kini, akhir Perang Patriotik Raya tetap menjadi hari yang penting untuk dirayakan bagi warga Rusia.
Warga Rusia dan "bekas" warga Soviet lain tetap mempertahankan sebutan "Perang Patriotik Raya" karena bagi mereka perang tersebut merupakan pertempuran untuk memerdekakan tanah air mereka. Di bawah rencana Nazi terhadap wilayah Soviet, lebih dari separuh populasi Rusia hendak ditumpas. Namun, Uni Soviet berhasil menggagalkan rencana tersebut. Rusia tentu patut bangga atas kemenangan yang mereka raih dan menolak menganggap Perang Patriotik Raya sebagai sekadar salah satu front dalam Perang Dunia II.
Selama Perang Patriotik Raya, hampir seluruh warga Soviet terlibat dalam perang dengan berbagai cara. Hampir seluruh laki-laki Soviet pergi ke garis depan peperangan. Tidak hanya itu, para perempuan dan anak-anak pun ikut andil dalam peperangan. Selain itu, ternyata peperangan ini bukan semata-mata peperangan manusia. Anjing-anjing Soviet pun ikut serta dalam peperangan. Lebih dari 19 juta orang menjadi sukarelawan untuk dikirim ke garis depan, dan 50 persen di antaranya adalah relawan perempuan. Dalam periode yang berbeda-beda selama masa perang, sebanyak 600 ribu hingga satu juta perempuan pun ikut bertempur di garis depan peperangan, dan 80 ribu di antaranya adalah perwira.
Sejak era Soviet, 9 Mei menjadi simbol persatuan bangsa Rusia. Warga Rusia hari ini tetap mempersepsikan kemenangan tersebut sebagai perang patriotik yang sangat besar dampaknya bagi semua orang, tanpa fokus pada pemimpin politik saat itu (Joseph Stalin).

Apa Makna Kemenangan Soviet bagi Dunia?
Kini, kita tahu bahwa Perang Patriotik Raya tercatat sebagai perang terbesar dan paling berdarah dalam sejarah manusia. Dari pihak Soviet saat itu, tak kurang dari puluhan juta warga Uni Soviet harus kehilangan nyawanya di medan perang.
Selain memberikan sumbangsih besar dalam pembebasan Eropa dari kekejaman tentara Nazi Jerman, kemenangan Uni Soviet dalam Perang Patriotik Raya pun akhirnya mendorong berbagai gerakan kemerdekaan di kawasan Asia Pasifik. Setelah Perang Dunia II berakhir pada tahun 1945, sejumlah negara yang dijajah memperoleh kemerdekaannya dan menjadi negara berdaulat. Di Asia Tenggara misalnya, ada banyak negara yang terbebas dari penjajahan dan kolonialiasasi sejak tahun 1945, termasuk Indonesia, Kamboja, Laos, Vietnam, Filipina, dan Myanmar.
Bagi Indonesia, Rusia (atau Uni Soviet kala itu), memang punya kesan tersendiri bagi negara ini. Soviet pernah menjadi sahabat dekat sekaligus dianggap sebagai negara yang masuk "daftar hitam" karena ideologi yang dianut negara tersebut. Memang, negara kita memiliki masa lalu yang kelam dengan komunisme. Bagi rakyat Rusia yang pernah mengalami era kepemimpinan komunis Uni Soviet, masa-masa tersebut pun memiliki kesan yang cukup rumit. Saya ingat, dalam suatu kesempatan Presiden Rusia Vladimir Putin pernah berkata bahwa, "siapa pun yang tidak merindukan Uni Soviet, tidak punya perasaan. Namun, siapa pun yang ingin kembali pada masa (atau pada sistem pemerintahan) Uni Soviet, tidak punya otak".
Selama ini, entah sadar atau tidak, segala aspek kehidupan kita, bahkan sampai pada soal sejarah, cenderung memihak pada satu sisi, atau merefleksikan "kehebatan" satu pihak, yaitu Barat. Kemenangan Uni Soviet atas Nazi pada Perang Patriotik Raya adalah suatu fakta sejarah yang jelas terabaikan. Padahal, kemenangan tersebut jelas bukanlah sembarang kemenangan. Sama halnya dengan Perang Patriotik Raya bukanlah sembarang peperangan.
Lalu, seberapa besar porsi pendidikan atau penyampaian informasi ini disampaikan dalam teks buku-buku sejarah di Indonesia? Tidak banyak. Seingat saya, buku teks sejarah yang saya pelajari dulu lebih banyak menceritakan mengenai sejarah dunia dari perspektif Barat. Memang betul, ada pula sejarah mengenai Uni Soviet, tapi sangat sedikit dan itu pun mengenai kaitan ideologi komunisme Soviet dengan Partai Komunisme Indonesia (PKI) saat itu, serta mengenai peristiwa Glasnost dan Perestroika dan bubarnya Uni Soviet.
Lantas, sampai kapan kita tidak jujur pada sejarah? Jika kita "menghilangkan" peran nyata Soviet dalam sejarah, saya pikir, itu sama tidak baiknya dengan memperbesar peran Barat dalam sejarah. Sayangnya, itulah yang terjadi. Sebetulnya, tidak hanya di Indonesia, tapi saya yakin di banyak negara lainnya, Soviet (atau Rusia kini) juga mendapat "perlakuan" serupa dalam sejarah.

Sumber:obth.com *opini penulis

Senin, 13 Februari 2017

Cerita singkat, Khalid bin Walid " Pedang Allah yang Terhunus"

IBismillahirohmanirohim
Khalid bin Walid adalah seorang panglima perang yang termasyhur dan ditakuti di medan tempur. Ia mendapat julukan "Pedang Allah yang Terhunus". Dia adalah salah satu dari panglima-panglima perang penting yang tidak terkalahkan sepanjang karirnya.
Khalid termasuk di antara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi Khalid, adalah istri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik.
Awalnya Khalid bin Walid adalah panglima perang kaum kafir Quraisy yang terkenal dengan pasukan kavalerinya. Pada saat Perang Uhud, Khalid yang melihat celah kelemahan pasukan Muslimin yang menjadi lemah setelah bernafsu mengambil rampasan perang dan turun dari Bukit Uhud, langsung menghajar pasukan Muslim pada saat itu. Namun justru setelah perang itulah Khalid masuk Islam.
Ayah Khalid, Walid bin Mughirah dari Bani Makhzum adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Dia orang yang kaya raya. Dia menghormati Ka’bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain penutup Ka’bah. Pada masa ibadah haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.
Suku Bani Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, merekalah yang mengurus gudang senjata dan tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit. Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang lebih dibanggakan seperti Bani Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap orang-orang Islam di lembah Abu Thalib, orang-orang Bani Makhzumlah yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.
Ketika Khalid bin Walid masuk Islam, Rasulullah sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat membela panji-panji Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan Khalid diangkat menjadi panglima perang dan menunjukkan hasil kemenangan atas segala upaya jihadnya.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid ditunjuk menjadi panglima pasukan Islam sebanyak 46.000, menghadapi tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000. Dia sama sekali tidak gentar menghadapinya, dia hanya khawatir tidak bisa mengendalikan hatinya karena pengangkatannya dalam peperangan yang dikenal dengan Perang Yarmuk itu.
Dalam Perang Yarmuk jumlah pasukan Islam tidak seimbang dengan pihak musuh yang berlipat-lipat. Ditambah lagi, pasukan Islam yang dipimpin Khalid tanpa persenjataan yang lengkap, tidak terlatih dan rendah mutunya. Ini berbeda dengan angkatan perang Romawi yang bersenjata lengkap dan baik, terlatih dan jumlahnya lebih banyak. Bukan Khalid namanya jika tidak mempunyai strategi perang, dia membagi pasukan Islam menjadi 40 kontingen dari 46.000 pasukan Islam untuk memberi kesan seolah-olah pasukan Islam terkesan lebih besar dari musuh.
Strategi Khalid ternyata sangat ampuh. Saat itu, taktik yang digunakan oleh Romawi terutama di Arab utara dan selatan ialah dengan membagi tentaranya menjadi lima bagian; depan, belakang, kanan, kiri dan tengah. Heraklius telah mengikat tentaranya dengan besi antara satu sama lain. Ini dilakukan agar mereka jangan sampai lari dari peperangan.
Kegigihan Khalid bin Walid dalam memimpin pasukannya membuahkan hasil yang membuat hampir semua orang tercengang. Pasukan Islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu berhasil memukul mundur tentara Romawi dan menaklukkan wilayah itu.
Perang yang dipimpin Khalid lainnya adalah perang Riddah (perang melawan orang-orang murtad). Perang Riddah ini terjadi karena suku-suku bangsa Arab tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Abu Bakar di Madinah. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Rasulullah, dengan sendirinya batal setelah Rasulullah wafat.
Oleb sebab itu, mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan. Maka Abu Bakar mengutus Khalid bin Walid untuk menjadi jenderal pasukan perang Islam untuk melawan kaum murtad tersebut, hasilnya kemenangan ada di pihak Khalid.
Masih pada pemerintahan Abu Bakar, Khalid bin Walid dikirim ke Irak. Pertempuran Walaja yang terjadi di Mesopotamia (sekarang Irak) antara pasukan Muslim dan Kekaisaran Persia Sassania yang dibantu sekutunya,Sekalipun kalah jumlah tiga banding satu, pasukan Muslim dibawah pimpinan Khalid bin Walid berhasil mengalahkan pasukan Persia dengan telak. Kemenangan ini tak lepas dari kecemerlangan strategi Khalid, yang melakukan manuver taktis pengepungan ganda kemudian Khalid bin Walid diperintahkan oleh Abu Bakar meninggalkan Irak untuk membantu pasukan yang dipimpin Usamah bin Zaid.
Ada kisah yang menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sempurna di bidangnya; ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas.
Hal ini ditunjukkannya saat Khalifah Umar bin Khathab mencopot sementara waktu kepemimpinan Khalid bin Walid tanpa ada kesalahan apa pun. Menariknya, ia menuntaskan perang dengan begitu sempurna. Setelah sukses, kepemimpinan pun ia serahkan kepada penggantinya, Abu Ubaidah bin Jarrah.
Khalid tidak mempunyai obsesi dengan ketokohannya. Dia tidak menjadikan popularitas sebagai tujuan. Itu dianggapnya sebagai sebuah perjuangan dan semata-mata mengharapkan ridha Sang Maha Pencipta. Itulah yang ia katakan menanggapi pergantiannya, "Saya berjuang untuk kejayaan Islam. Bukan karena Umar!"
Jadi, di mana pun posisinya, selama masih bisa ikut berperang, stamina Khalid tetap prima. Itulah nilai ikhlas yang ingin dipegang seorang sahabat Rasulullah seperti Khalid bin Walid.
Khalid bin Walid pun akhirnya dipanggil oleh Sang Khaliq. Umar bin Khathab menangis. Bukan karena menyesal telah mengganti Khalid. Tapi ia sedih karena tidak sempat mengembalikan jabatan Khalid sebelum akhirnya "Si Pedang Allah" menempati posisi khusus di sisi Allah SWT.
Sekian. Wallahu ‘Alam

Sabtu, 21 Januari 2017

5 Fakta Garuda Pancasila yang Patut Diketahui

Setiap negara di dunia pastinya selain memiliki lagu dan bendera kebangsaan, juga mempunyai lambang negara resmi yang merupakan representasi identitas bangsa.
Indonesia sendiri ditetapkan bahwa Sang Saka Merah Putih adalah bendera kebangsaan dan lagu kenegaraannya adalah Indonesia Raya, sedangkan untuk lambangnya, Pemerintah Indonesia menetapkan Garuda Pancasila sebagai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Walaupun sudah banyak orang yang tahu, terutama para pakar sejarah, namun tidak sedikit pula yang masih belum mengetahui fakta-fakta di balik Garuda Pancasila. Berikut ini beberapa fakta singkat mengenai lambang negara Indonesia tersebut.

1. Garuda adalah hewan mitologi

Burung garuda merupakan mitologi yang ada di dalam Agama Hindu dan Buddha. Nama garuda sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu Garula.
Burung garuda adalah tunggangan Dewa Wisnu yang digambarkan memiliki tubuh emas, berwajah putih, bersayap merah keemasan, bertubuh seperti manusia yang memiliki tangan dan kaki dan berukuran sangat besar.

2. Perancang dan pencetus Garuda Pancasila

Burung garuda digunakan sebagai lambang NKRI setelah Pemerintah Indonesia menyetujui gambar rancangan dari Sultan Hamid II dari Pontianak.
Rancangan gambar burung garuda yang berkalungkan perisai dengan beberapa gambar pada bagian tengahnya tersebut kemudian diperbarui dan ditetapkan sebagai lambang negara resmi oleh Presiden Soekarno melalui Sidang Kabinet RI pada tanggal 11 Februari 1950 dan penggunaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah No 43/1958.

3. Rancangan Garuda Pancasila terpilih melalui voting

Setelah merdeka, diadakan semacam sayembara untuk membuat lambang NKRI. Pada tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Lencana Negara yang bertugas menyeleksi dan mempertimbangkan segala aspek dalam pemilihan lambang negara tersebut.

Ada 2 rancangan lambang negara, yaitu karangan dari Sultan Hamid II dan M Yamin. Setelah melalui serangkaian proses, akhirnya rancangan dari Sultan Hamid II yang terpilih karena gambar dari M Yamin menyertakan sinar-sinar matahari yang merupakan representasi dari Jepang.

4. Desain Garuda Pancasila sudah pernah ada sebelum era Kemerdekaan

Jika mengatakan bahwa Sultan Hamid II adalah perancang bentuk dan desain Garuda Pancasila pertama, maka hal itu dapat direvisi terlebih dahulu karena jauh sebelum era kemerdekaan, ada kerajaan di Tanah Air yang memiliki lambang menyerupai Garuda Pancasila seperti sekarang ini, yaitu Kerajaan Samudera Pasai di Aceh.
[Image Source 1.bp.blogspot.co]
Memang secara keseluruhan, lambang Kerajaan Samudera Pasai dan Garuda Pancasila tidak sama, akan tetapi jika dilihat secara sekilas, mulai dari bentangan sayap, kepala yang menoleh ke kanan, kaki yang mencengkeram pita sampai dengan perisai di dada yang terbagi 5, juga ada pada lambang Kerajaan Samudera Pasai. Selain Kerajaan Samudera Pasai, ada beberapa kerajaan lain di Tanah Air yang juga menggunakan lambang burung garuda, seperti Kerajaan Mataram Kuno (Garudamukha), Kerajaan Kedah (Garudagaragasi), Kerajaan Sumatera dan Kerajaan Sintang Kalimantan.

5. Filosofi dan makna

Secara umum, total jumlah bulu pada Garuda Pancasila melambangkan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yaitu 17 helai di masing-masing sayap, 8 helai di ekor, 19 helai di bagian bawah perisai dan 45 helai di leher.
Pita berwarna putih bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika melambangkan kesucian dan kerukunan, paruh dan cakar melambangkan kekuatan bangsa, warna emas melambangkan kejayaan atau keagungan, perisai melambangkan pertahanan, warna merah putih pada perisai melambangkan bendera kebangsaan sedangkan hitam melambangkan titik pusat garis katulistiwa.
[Image Source farhancraft.files.wordpress.com]
Pancasila diambil dari Bahasa Sansekerta yaitu Panca berarti lima dan sila adalah prinsip. Sedangkan Bhinneka Tunggal Ika merupakan salah satu kutipan dari kitab Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular, yaitu bhinneka adalah raham atau berbeda-beda, tunggal adalah satu dan ika adalah itu. Kepala menoleh ke kanan karena sebelah kanan selalu diidentikkan dengan kebajikan dan adat ketimuran yang santun serta terpuji. Jambul dan beberapa bulu pada bagian kepala, pada dasarnya tidak memiliki artian khusus karena ditambahkannya hal itu oleh Presiden Soekarno agar tidak sama dengan lambang Amerika Serikat.

6. Desain lambang negara yang mirip Garuda Pancasila

Selain Indonesia, ada beberapa negara lain yang juga menggunakan burung garuda sebagai lambang, yaitu Thailand dan Mongol juga menggunakan burung garuda sebagai lambang negara.
[Image Source alam.uniknya.com]
Untuk desainnya, ada beberapa negara lain yang menyerupai desain dan bentuk mirip Garuda Pancasila, yaitu Jerman, Amerika Serikat, Rusia, Polandia, Irak, Papua Nugini, Uzbekistan, Meksiko, Mesir, Afrika Selatan, Albania, Suriah, Yordania dan Sudan. Membaca fakta sejarah mengenai Garuda Pancasila tak cuma sekedar menambah pengetahuan, tapi juga bisa mengembalikan rasa nasionalisme yang mungkin sudah mulai memudar.